Kamu terlalu berkilau untuk berada di dekatku. Membuat mataku terasa perih dan berair.
Mungkin menjadi pecundang yang hanya berani mengintai dan mencoba memahamimu dari jauh memang menjadi jalan yang lebih baik.
Setidaknya, kau pun tak merasa terbebani dengan sepasang mata yang terus mengamatimu seksama, yang menjadikanmu merasa takut untuk membuat perlawanan.
Rasanya tidak lucu jika aku berusaha untuk memberikan rasa nyaman buatmu tetapi aku pula memberikan sebuah "hati" yang mesti menjadi salah satu hal yang membuat hatimu terasa lelah untuk merasa.
Entah harus seperti apa. Salah memang jika memaksakan diri untuk selalu di dekatmu. Terlalu hina aku untuk itu.
Tidak ada niat untuk meninggalkan, tapi terlalu takut untuk merasakan bagaimana dicintai, disayangi, dirindukan oleh hatimu.
Seandainya aku tau kenapa Tuhan menitipkan perasaan ini. Mungkin aku akan lebih bijak memandang dan mengharapkan mu.
Tapi aku bisa apa? Tau sedikit saja pun tidak. Bahkan bagaimana caraku mengasihimu pun aku tidak tau. Lewat ribuan do'a, selalu terselip harapan agar setiap hari bisa ku dengar tawamu, bisa ku lihat senyumu, sekalipun bukan untuku.
Kenapa sebesar ini?