Pernahkah merasa mencintai seseorang tapi tidak berani mengakui bahwa
kau mencintainya?
Well, life is tragedy. Kita tidak
bisa menebak apa yang akan terjadi besok, lusa. Ica, entah apa yang sedang
terpikir olehku saat itu, hingga dengan sendirinya ku buat account baru
facebook dengan tujuan cari partner.
Karena mustahil kalau secara blak-blakan ubek-ubek fanspage, group untuk tujuan tersebut dengan account
facebookku yang biasa. Bisa jadi hot topic di kampus dan pasti classmates-ku
bakalan curiga. Padahal saat itu aku masih punya hubungan dengan partner yang jauh
disana, kota Makassar. Hanya saja, hubungan kami mulai pasang-surut karena
kesibukanya. Dan berakhir.
Singkat cerita, aku mulai dekat
dengan ica. Dimulai saat dia posting ke group lesbian dan aku add dia.Awalnya
ku pikir dia seorang lesbian, tapi setelah kenal ternyata dia straight. Dan dia pun tau aku seorang
lesbian. Tapi kami tetap dekat dan sering sharing masalah satu sama lain. Dia memberitahu
alasanya post kedalam group tersebut. Alasan yang tidak bisa ku jelaskan.
Setelah kenal dia, mendengar
kekuranganya, sifat buruknya. Aku
bukanya merasa illfeel, justru
sebaliknya. Aku jadi care dan merasa mengenalnya untuk jangka waktu yang lama.
Kami pun mulai bertukar no handphone. Semakin hari, aku semakin peduli
denganya. Ketika dia lama membalas chat, sms dan tidak menjawab telepon aku
menjadi begitu khawatir denganya.
Aku tau dia mau dekat denganku
hanya karena butuh teman cerita yang bisa mengerti dia, memahami dia, hingga
ide gila mulai muncul lagi di otaku. Aku mengarang cerita bahwa aku juga pernah
berada di posisi dia. Cerita gila yang membuat aku kadang berpikir, kenapa aku
mau merendahkan diri dengan mengada-ada keburukanku hanya untuk membuatnya
nyaman dan bebas bercerita denganku. Yeah,
sometimes love makes us be mad. Ada perasaan cemburu ketika dia bercerita
tentang apa yang dia lakukan hari ini dengan pasangan-pasanganya.
Aku pun selalu menegaskan ke dia
bahwa perasaanku ke dia tidak akan lebih. Seandainya dia tahu seberapa aku
mengharapkan dia. Aku berbohong hanya dengan satu harapan, dia tidak merasa risih untuk tetap
akrab denganku. Pernah aku bertanya bagaimana seandainya aku mulai ada rasa
suka denganya, dan tanpa pikir panjang (sepertinya), dia menjawab akan
menjauhiku buat kebaikan bersama. Karena dia tidak ingin merasakan sakit hati
karena tidak bisa memiliki orang yang ia cintai. Jawaban yang cukup membuat
sesak di dada.
Suatu hari dengan segenap jiwa
raga, ku sms kata sayang ke dia,dan buru-buru ku sms lagi dan bilang bahwa itu
salah kirim. Tapi sepertinya dia tau itu memang ditujukan untuknya. Kami satu
kota, tapi tidak pernah bertemu. Aku dan dia sama-sama kuliah semester akhir, hanya saja dia kuliah di salah satu
unviersitas negeri sedangkan aku di universitas swasta. Tapi dengan melihat
semua foto-fotonya dia cukup manis, dengan bibir yang sempat mampir dan kucumbu
dalam mimpi. Ahhh betapa marahnya dia jika tau aku curi ruh-nya sejenak dalam mimpiku.
Dia bilang belum siap bertemu
denganku, mungkin sebenarnya dia takut. Dan aku yakin bahwa dia mulai merasakan
ada perasaan yang berbeda dariku untuknya. Dan jika suatu saat ada kesempatan
bertemu denganya. Aku hanya ingin memeluknya. Entah sebagai apa. Setidaknya
aku bisa menjadi tempatnya bersandar.
Ada rasa benar-benar ingin menyatakan perasaanku. Tapi aku terlalu pengecut, takut seandainya dia
benar-benar menjauhiku.
Semoga perasaanku hanya sesaat. Karena lebih baik seperti itu T_T